Selasa, 08 September 2015

Tentara Anak di Sudan (Children Soldier)

Tentara Anak di Sudan (Children Soldier)
Bagi FPU’ers inilah hal yang paling memusingkan dan paling berbahaya apabila anda ditugaskan di Darfur, Sudan…. Anda harus berhadapan dengan milisi bersenjata dan mereka adalah ANAK – ANAK… faksi – faksi pemberontak di Darfur : SPLA (Sudan People Liberation Army), JEM (Justice Equal Movement), bahkan kontra mereka faksi JANJAWEED dan faksi lainnya menggunakan anak – anak (artinya seseorang dibawah 17 tahun..)sebagai mesin perang mereka. Banyak keuntungan yang didapat kalau menggunakan tentara anak : Yang paling dirasa manfaatnya adalah….. mereka belum dapat berpikir secara logik alias NEKAD… mereka selalu ditempatkan di garis terdepan dalam penyerangan atau jadi TAMENG HIDUP …, kemudian mereka belum terlalu memikirkan kesejahteraan (GAJI, TUNJANGAN) yang penting perut mereka terisi saja…

Cara rekruitment mereka : TIDAK ADA…… mereka diculik dari orang tuanya di IDP (Internal Displaced Person) Camp dari orang tuanya… dibawa ke hutan – hutan… dilatih secara brutal (yang tidak bisa survive selesai… karena mereka kadangkala diadu sesama sampai mati..), dilatih persenjataan dan akhirnya menjadi seorang tentara anak yang brutal dan ganas……

Khususnya masalah konflik di Darfur, perlu di ingat permasalahanya sudah sangat kompleks… tidak jelas lagi siapa kawan dan siapa lawan…. kalau kita lihat peristiwa bulan lalu di HESKENITA, NYALA (tempat dimana FPU Indonesia akan ditempatkan..) pada waktu sore hari (menjelang buka puasa) diseranglahSite Camp Pasukan Perdamaian Uni Afrika (AMIS = African Mission In Sudan) yang ditempati 150 orang tentara dan civil AMIS oleh kurang lebih 1000 orang pemberontak yang

For FPU’ers : Belajar dari tragedi Heskenita..

For FPU’ers : Belajar dari tragedi Heskenita..

Pada saat pelatihan pra Operasi FPU di Kelapa dua, kami sempat mendapat guest speaker komandan kontingen Indonesia pada UNMIS (United Nations Mission In Sudan) AKBP Ary Laksmana, beliau menjelaskan mengenai situasi terakhir di Sudan, pada bagian terakhir beliau mejelaskan tragedy Heskenita dimana terjadi penyerangan terhadap personil African Mission In Sudan (kemudian bermetaformosa menjadi UNAMID sebagai Hybrid Mission) yang berada di site camp Heskenita di daerah Nyala, Darfur (tempat dimana FPU Indonesia akan ditempatkan).


Saya pun berupaya mendapatkan sumber – sumber data mengenai peristiwa tersebut dan menemukan AMIS News bulletin yang dikirimkan oleh rekan saya Ariek, berikut ini kejadiannya :

Pada sore hari, Sabtu 29 September 2007, segerombolan orang dengan bersenjata lengkap menggunakan 30 buah kendaraan menerobos masuk ke kamp pasukan perdamaian Uni Afrika (AMIS) yang netral, penyerangan mendadak ini tidak diduga membuat pasukan ini kalang kabut…..

MISI PBB PERTAMA SELEPAS POLRI PISAH DARI ABRI

MISI PBB PERTAMA SELEPAS POLRI PISAH DARI ABRI
Seluruh bangsa-bangsa di dunia yang tergabung di Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) siap dipanggil bila dibutuhkan oleh PBB dalam memberikan pengamanan di negara yang membutuhkan. Bangsa Indonesia sendiri yang tergabung dalam PBB acapkat terpanggil oleh PBB untuk turut serta mengirimkan pasukan perdamaian kepada negara yang butuh pengamanan dari pasukan internasional.

Untuk pelaksanaan tugas misi Persatuan Bangsa - Bangsa (PBB) ke Dafur Sudan, Indonesia mengirimkan perwakilannya melalui Polri. Ini merupakan penugasan luar negeri dalam misi PBB yang pertama bagi Polri selepas pisah dari ABRI. Dimana setelah Reformasi, dengan beberapa pertimbangan, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) akhirnya menetapkan pemisahan tugas antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri dengan mengeluarkan Ketetapan MPR No. VI Tahun 2000.

Pengiriman anggota Polri dalam misi PBB ke Darfur Sudan atas prakarsa PBB sebagaimana ditetapkan dalam resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1769 tahun p-2007 yang memberikan mandat kepada UNDPKO untuk melaksanakan Hybrid Operation gabungan antara UNI Afrika (Afrika Mission In Sudan) di Darfur Sudan dengan nama UNAMID ( United Nation African in Sudan ) yang dimulai tanggal 1 Januari 2008 dengan melibatkan 19.555 personil militer dari Uni Afrika, Polisi 3.772 dan 19 FPU masing-masing berkekuatan 170 orang.

Minggu, 06 September 2015

Mengenal NCB Interpol Indonesia

Mengenal NCB Interpol Indonesia
Amage courtesy of interpol.int
"Apa yang ada di benak Anda jika mendengar kata INTERPOL ???" Yups, pasti Polisi yang melakukan kegiatan penegakan hukum antar negara, Kejahatan Transnasional atau Lintas Negara seperti Perdagangan Orang (Human Trafficking), Narkotika, Pencucian Uang, Red Notice, Ekstradisi, Deportasi, dan istilah istilah lainnya.
Di sini Saya akan membahas tentang NCB Interpol Indonesia.... cekibrot :D 
Profil NCB Interpol Indonesia

Image courtesy of interpol.go.id
Secara yuridis pembentukan National Central Bureau (NCB) di suatu negara didasarkan pada pasal 22 Konstitusi ICPO-lnterpol yang menyatakan bahwa setiap negara anggota harus menunjuk suatu badan yang berfungsi sebagai Biro Pusat Nasional menjamin hubungan dengan berbagai departemen/instansi di dalam negeri, dengan NCB negara lain dan dengan Sekretaris Jenderal ICPO-Interpol.

Pada tahun 1952 Pemerintah Indonesia mengirim 2 orang utusan sebagai peninjau pada Sidang Umum ICPO-lnterpol ke-21 di Stockholm, Swedia. Pada tahun 1954, Indonesia resmi diterima

INTERPOL Jakarta (English Article from The Interpol Website )

INTERPOL Jakarta (English Article from The Interpol Website )
Image courtesiyof interpol.int

Kepolisian Negara Republik Indonesia – The Indonesian National Police (INP) – ranks as a Ministry in itself and answers directly to the President of the Republic of Indonesia.

The INP was restructured in 2000 in an effort to transform it from a military to a civilian force. This has led to improved working practices and cultures, and greater emphasis on the role of community policing in effective crime prevention. Further phases of reform are ongoing until 2025 and will see the INP established as a centre of policing excellence.

The INP is made up of more than 400,000 police officers and civilian employees, deployed to the 32 regional police forces of the 17,000 islands which make up Indonesia. Currently, there are more than 13,000 police women, many in key strategic managerial positions.

The INP regularly participates in United Nations missions abroad, including;
  • Formed Police Unit in Sudan;
  • United Nations Missions in Sudan;
  • African Union/United Nations Hybrid operation in Darfur;
  • United Nations Stabilization Mission in Haiti.

INTERPOL Jakarta

Headed by a Police Inspector General, the INP’s Division of International Relations (DIR) comprises more than 120 police officers and civilian employees, including 18 women. The Division is made up of two bureaus:
  • INTERPOL National Central Bureau (NCB) for Indonesia;